12. EMBUN PAGI
Kan kuhapus air mata ini
Kan kuubah duka nestapaku
Karena kutahu, embun pagi kan jatuh tersapu bayu
Kisah sedihku bak embun meluncur turun
Embun, kini kau bukan milikku lagi
Walau rindu senyum lembutmu
Walau hatimu tak selalu untukku
Walau kau bukan milikku lagi
Ketika barisan senja tampak meredup
Bercerminlah purnama
Menadah air mata
Semburat warna pelangi dalam jelaga malam
Burung malam menelisik jejak
Yang dulu tertinggal ditimpa jelaga
Ketika ku sendirian terkurung rindu
Lalu, dimana kau waktu itu?
Raga dahagaku tak lagi terasa
Ribuan nanar membekapku pengap
Sengaja ku sendirian menunggu gelap
Lalu, di mana kau waktu itu?
Di mana kau waktu itu ……….
November 12, 2014
Senin, 17 November 2014
Selasa, 23 September 2014
Sabtu, 06 September 2014
KERLINGAN SINAR PELANGI
Dalam keputusasaan ……
Seraut wajah menghantui malam-malamku
Desahmu bisa kucium di sudut malam
Ketika kukatakan pada awan hitam dan semilirnya angin
Bahwa aku,
Ingin rebah diharibaan lapang hatimu
Dan menangis di pangkuanmu
Telah kurangkai sederet sair cinta untukmu
Telah kurangkai pula berjuta kata indah untukmu
Kuberharap pinta maafku kan kau terima
Walau kusadar tangisku tak kan merubah perasaanmu
Malamku berangsur usai
Pagi menjelang tiba
Entah berapa hitungan lagi
Mentari kan hadir menyapa
Sekejap mataku nanar dikala bias menguntai birunya langit
Ketika cahaya memudar lantaran kabut tertiup
Bersamanya pula kerlingan sinar pelangi hilang ditelan awan
Lalu …….
Ketika langit berubah pekat
Kudengar suara parau bermakna dendam
Kulepas jiwaku dalam lembah nan suram
Padahal aku dalam jerat cinta buta yang tercampakkan.
1 September 2014
Dalam keputusasaan ……
Seraut wajah menghantui malam-malamku
Desahmu bisa kucium di sudut malam
Ketika kukatakan pada awan hitam dan semilirnya angin
Bahwa aku,
Ingin rebah diharibaan lapang hatimu
Dan menangis di pangkuanmu
Telah kurangkai sederet sair cinta untukmu
Telah kurangkai pula berjuta kata indah untukmu
Kuberharap pinta maafku kan kau terima
Walau kusadar tangisku tak kan merubah perasaanmu
Malamku berangsur usai
Pagi menjelang tiba
Entah berapa hitungan lagi
Mentari kan hadir menyapa
Sekejap mataku nanar dikala bias menguntai birunya langit
Ketika cahaya memudar lantaran kabut tertiup
Bersamanya pula kerlingan sinar pelangi hilang ditelan awan
Lalu …….
Ketika langit berubah pekat
Kudengar suara parau bermakna dendam
Kulepas jiwaku dalam lembah nan suram
Padahal aku dalam jerat cinta buta yang tercampakkan.
1 September 2014
KEABADIAN
Di antara cahaya kemulyaan sorga
Di antara do’a-do’a suci
Di antara pancaran Illahi yang tinggi
Ada bidadari yang hidup dalam keabadian
Yang bercanda di tepi telaga kebahagiaan
Aku menangis meratapi langit
Dengan do’a suci yang menyentuh awan jiwaku
Ya Rob …. Yang Maha Suci dan Maha Agung
Ambillah jiwaku kelak
Tempatkan aku di telaga sorga
Bersama bidadari ciptaanmu, bersama semua yang kukasihi
Di antara cahaya kemulyaan sorga
Di antara do’a-do’a suci
Di antara pancaran Illahi yang tinggi
Ada bidadari yang hidup dalam keabadian
Yang bercanda di tepi telaga kebahagiaan
Aku menangis meratapi langit
Dengan do’a suci yang menyentuh awan jiwaku
Ya Rob …. Yang Maha Suci dan Maha Agung
Ambillah jiwaku kelak
Tempatkan aku di telaga sorga
Bersama bidadari ciptaanmu, bersama semua yang kukasihi
Langganan:
Postingan (Atom)